Apa Yang Pertama Allah Ciptakan? | Kitab Sirrul Asrar

Daftar Isi

Makhluk Pertama yang Diciptakan Allah

Sirrul Asrar

Makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah ruh Muhammad ﷺ. Ia diciptakan dari pancaran keindahan Cahaya Ilahi, sebagaimana firman Allah dalam sebuah hadis qudsi:

خَلَقْتُ مُحَمَّدًا أَوَّلًا مِنْ نُورِ وَجْهِي

Aku menciptakan Muhammad pertama kali dari Cahaya Wajah-Ku.

أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ رُوحِي ، وَأَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ نُورِي ، وَأَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ ، وَأَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْعَقْلَ

Yang pertama Allah ciptakan adalah ruhku. Dan yang pertama Allah ciptakan adalah cahayaku. Dan yang pertama Allah ciptakan adalah pena. Dan yang pertama Allah ciptakan adalah akal. (HR. Abu Daud)

Ruh, cahaya, pena, dan akal adalah satu entitas tunggal, yaitu Hakikat Muhammad. Hakikat Muhammad disebut nur karena bersih dari kegelapan yang menghalangi keagungan Ilahi.

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ

Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami yang menjelaskan kepadamu banyak hal yang kamu sembunyikan dari kitab.


Dalam hadis lain dengan redaksi yang berbeda, diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah menciptakan aku dari cahaya-Nya."

يُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُونَ عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkan-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (QS. al-Māʾidah [5]: 15)

Sedangkan Hakikat Muhammad disebut akal karena kemampuannya untuk memahami segala sesuatu. Ia disebut pena karena menjadi media transfer ilmu, seperti fungsi pena yang memindahkan ilmu dalam bentuk huruf dan tulisan. Jadi, ruh Muhammad adalah saripati semesta alam, yang menjadi asal-muasal semua makhluk. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ:

أَنَا مِنَ اللَّهِ، وَالْمُؤْمِنُونَ مِنِّي

Aku dari Allah, dan kaum mukminin dariku.

Dari ruh Muhammad inilah Allah menciptakan semua ruh di Alam Lahut dalam bentuk terbaik dan hakiki. Ia menjadi nama bagi semua manusia di Alam Lahut. Alam Lahut inilah Negeri Asal ruh manusia.

Setelah ruh Muhammad berusia 4000 tahun, Allah menciptakan Arasy dari Inti Cahaya Muhammad.

Sebagaimana semua entitas yang lain juga diciptakan darinya. Setelah itu, semua ruh dikembalikan ke tingkatan semesta yang paling rendah, yaitu jasad manusia.

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang paling rendah. (QS. at-Tin [95]: 5)

Maksudnya, pertama-tama, Allah menurunkan ruh dari Alam Lahut ke Alam Jabarut. Kemudian, Allah mengenakan kepada ruh itu pakaian berupa cahaya Jabarut di antara dua tempat suci—antara dimensi ketuhanan dan dimensi makhluk—yaitu Ruh Sulthani.2 Kemudian Allah menurunkannya dengan pakaian itu ke Alam Malakut. Lalu Dia mengenakan kepadanya pakaian berupa cahaya Malakut, yaitu Ruh Rawani.3 Kemudian Allah menurunkan mereka ke Alam Mulk. Lalu Dia mengenakan kepadanya pakaian berupa cahaya Mulk, yaitu Ruh Jusmani. Kemudian, Allah menciptakan jasad.

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيْدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

Dari bumi (tanah) itulah Kami menciptakan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan darinya pula Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha [20]: 55)


Cahaya dari Allah yang dipakaikan kepada arwah di antara dua alam: Alam Lahut dan Alam Jabarut. Dari kata “sulthan” yang berarti “kekuatan” (QS. ar-Rahman: 33), “bukti/keterangan” (al. QS. Ibrahim: 10).

Pakaian arwah yang terbuat dari cahaya di Alam Malakut disebut Ruh Sirani Rawani.

Darinya Kami ciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan, dan darinya Kami akan membangkitkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha [20]: 55)

Setelah menciptakan jasad, Allah memerintahkan semua pakaian ruh untuk masuk ke dalam jasad-jasad tersebut. Dengan tunduk dan patuh atas titah Allah swt., ruh-ruh itu pun masuk ke dalam jasad manusia.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى

Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya, dan Kutiupkan ke dalamnya ruh-Ku. (QS. al-Hijr [15]: 29)

Setelah semua ruh bersemayam dalam jasad masing-masing, mereka lupa terhadap perjanjian dengan Allah yang diambil pada Hari Alastu4 di Alam Lahut sehingga ruh tidak dapat kembali ke Negeri Asal.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ ۖ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah...


Yaum Alastu (Hari Alastu): Kaum sufi biasa menggunakan istilah ini untuk menyebut saat Perjanjian Azali ini terjadi, yaitu hari di mana Allah bertanya kepada hamba ketika ruh telah ditiupkan, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”

Mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ ۚ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." (QS. al-A'raf [7]: 172)

Namun, Zat Maha Pengasih yang menjadi tempat memohon pertolongan mengasihi mereka dengan menurunkan sebuah Kitab Samawi untuk mengingatkan mereka akan Negeri Asal itu.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka pada hari-hari bersama Allah." (QS. Ibrahim [14]: 5)

Maksud dari kalimat “ingatkanlah mereka pada hari-hari bersama Allah” adalah ingatkanlah mereka pada hari saat pertemuan antara Allah swt. dengan semua ruh di Alam Lahut. Jadi, semua nabi diutus ke bumi demi memberi peringatan ini. Namun, hanya sedikit manusia yang mau mengingat Negeri Asal mereka, kembali dan merindukannya, serta sampai di Negeri Asal itu.


Bersambung...


Posting Komentar